Senin, Oktober 12, 2009

Makalah Perumahan Sehat

BAB I
PENDAHULUAN

    Rumah adalah salah satu persyaratan pokok  bagi kehidupan manusia. Rumah atau tempat tinggal manusia dari zaman ke zaman mengalami perkembangan. Pada zaman purba manusia betempat tinggal di gua-gua kemudian berkembang dengan mendirikan rumah tempat tinggal di bawah pohon. Sampai dengan abad modern ini manusia sudah membangun rumah bertingkat dan diperlengkapi dengan peralatan yang serba modern. Sejak zaman dahulu pula manusia telah mencoba mendesain rumahnya dengan ide mereka masing-masing yang dengan sendirinya berdasarkan kebudayaan masyarakat setempat  dan membangun rumah mereka dengan bahan yang ada.
    Rumah pada dasarnya merupakan tempat hunian yang sangat penting bagi kehidupan setiap orang. Rumah tidak sekedar sebagai tempat untuk melepas lelah setelah bekerja seharian, namun didalamnya terkandung arti yang penting sebagai tempat untuk membangun kehidupan keluarga sehat dan sejahtera. Rumah yang sehat dan layak huni tidak harus berwujud rumah mewah dan besar namun rumah yang sederhana dapat juga menjadi rumah yang sehat dan layak dihuni.
    Rumah sehat adalah kondisi fisik , kimia, biologi, didalam rumah dan perumahan sehingga memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Untuk menciptakan rumah sehat, maka diperlukan perhatian terhadap beberapa aspek yang sangat berpengaruh , antara lain :
a)    Sirkulasi udara yang baik.
b)    Penerangan yang cukup.
c)    Air bersih terpenuhi.
d)    Pembuangan air limbah diatur dengan baik agar  tidak menimbulkan pencemaran.
e)    Bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding tidak lengkap serta tidak terpengaruh pencemaran seperti bau , remesan air kotor, maupun udara kotor.
BAB II
PEMBAHASAN


    Keadaan perumaahan adalah salah satu factor yang menentukan keadaan hygiene dan sanitasi lingkungan. Seperti yang dikemukakan WHO bahwa perumahan yang tidak cukup dan terlalu sempit mengakibatkan pula tingginya kejadian penyakit dalam masyarakat.
Rumah sehat yang diajukan oleh Winslow :
1)    Harus memenuhi kebutuhan fisiologis
2)    Harus memenuhi kebutuhan psikologis
3)    Harus dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan
4)    Harus dapat menghindarkan terjadinya penyakit

1)    Memenuhi Kebutuhan Fisiologis
a.    Suhu Ruangan
Suhu ruangan harus dijaga agar jangan banyak berubah. Sebaiknya berkisar antara 18º– 20ºC. suhu ruanagn tergantung pada :
•    Suhu udara luar
•    Pergerakan udara
•    Kelembaban udara
•    Suhu benda-benda disekitarnya
Pada rumah-rumah modern, suhu ruangan ini dapat diatur dengan air-conditioning
b.    Harus cukup mendapat penerangan
    Harus cukup mendapatkan penerangan baik siang maupun malam hari. Yang ideal adalah penerangan listrik. Diusahakan agar ruangan-ruangan mendapatkan sinar matahari terutama pagi hari.


c.    Harus cukup mendapat pertukaran hawa (ventilasi)
Pertukaran hawa yang cukup menyebabkan hawa ruangan tetap segar (cukup mengandung oksigen). Untuk ini rumah-rumah harus mempunyai jendela. Luas jendela keseluruhan ±15% dari luas lantai. Susunan ruangan harus sedemikian rupa sehingga udar dapat mengalir bebas bila jendela dibuka.
d.    Harus cukup mempunyai isolasi suara
Dinding ruangan harus kedap suara, baik terhadap suara-suara yang berasal dari luar maupun dari dalam. Sebaiknya perumahan jauh dari sumber-sumber suara gaduh misalnya : pabrik, pasar, sekolah, lapangan terbang, stasion bus, stasion kereta api dan sebagainya.
 
2)    Memenuhi Kebutuhan Psikologis
a.    Keadaan rumah dan sekitarnya, cara pemenuhannya harus memenuhi rasa keindahan (aestetis) sehingga rumah tersebut menjadi pusat kesenagan rumah tangga yang sehat.
b.    Adanya jaminan kebebasan yang cukup, bagi setai anggota keluarga yang tinggal dirumah tersebut.
c.    Untuk tiap anggota keluarga, terutama yang mendekati dewasa harus mempunyai ruangan sendiri-sendiri sehingga privacynya tidak terganggu.
d.    Harus ada ruangan untuk menjalankan kehidupan keluarga dimana semua anggota keluarga dapat berkumpul.
e.    Harus ada ruangan untuk hidup bermasyarakat, jadi harus ada ruangan untuk menerima tamu.  

3)     Menghindarkan Terjadinya Kecelakaan
a.    Kontruksi rumah dan bahan-bahan bangunan harus kuat sehingga tidak mudah amrbuk.
b.    Sarana pencegaha terjadinya kecelakaan di sumur, kolam dan tempat-tempat lain terutama untuk anak-anak.
c.    Diusahakan agar tidak mudah terbakar.
d.     Adanya alat pemadam kebakaran terutama yang mempergunakan gas.
4)    Menghindarkan Terjadinya Penyakit
a.    Adanya sumber air yang sehat, cukup kualitas maupun kuantitasnya.
b.    Harus ada tempat pembuangan kotoran, sampah dan air limbah yang baik.
c.    Harus dapat mencegah perkembangbiakan vector penyakit seperti : nyamuk,lalat, tikus, dan sebagainya.
d.    Harus cukup luas. Luas kamar tidur  ±5 m2  per kapita  per luas lantai.

Hubungan Rumah Yang Terlalu Sempit Dan Kejadian Penyakit.
a)    Kebersihan udara
b)    Fasilitas dalam rumah untuk tiap orang akan berkurang
c)    Memudahkan terjadinya penularan penyakit
d)    Privacy dari tiap anggota keluarga terganggu


     Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 826/ Menkes / SK/ VII/ 1999 adalah sebagai berikut :
1.    Bahan Bangunan
a.    Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang membahayakan kesehatan antara lain sebagai berikut :
    Debu total tidak lebih dari 150 µg m3
    Asbes tidak tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4 jam
    Timah hitam tidak melebihi 300 mg/ kg
b.    Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme pathogen.

2.    Komponen Dan Penataan Ruang Rumah
Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut:
a)    Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
b)    Dinding
    Di ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara
    Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan
c)    Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan
d)    Bumbung rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus dilengkapi dengan penangkal petir
e)    Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi dan ruang bermain anak.
f)    Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.

3.    Pencahayaan
        Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak langsung dapat menerangi seluruh bagian ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan.

4.    Kualitas Udara
Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut :
a. Suhu udara nyaman berkisar antara l8°C sampai 30°C
b. Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70%
c. Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam
d. Pertukaran udara
e. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8jam
f.  Konsentrasi gas formaldehide tidak melebihi 120 mg/m3

5.    Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai.

6.    Binatang Penular Penyakit
Tidak ada tikus bersarang di rumah.
7.    Air
a. Tersedia air bersih dengan kapasitas minmal 60 lt/hari/orang
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan air minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

8.    Tersedianya  sarana penyimpanan makanan yang aman dan hygiene.

9.    Limbah
a.    Limbah cair berasal dari rumah, tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah.
b.    Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, tidak menyebabkan pencemaran terhadap permukaan tanah dan air tanah.

10.    Kepadatan Hunian Ruang Tidur
Luas ruang tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun. Masalah perumahan telah diatur dalam Undang-Undang pemerintahan tentang perumahan dan pemukiman No.4/l992 bab III pasal 5 ayat l yang berbunyi “Setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati dan atau menikmati dan atau memiliki rumah yang layak dan lingkungan yang sehat, aman , serasi, dan teratur”
Bila dikaji lebih lanjut maka sudah sewajarnya seluruh lapisan masyarakat menempati rumah yang sehat dan layak huni. Rumah tidak cukup hanya sebagai tempat tinggal dan berlindung dari panas cuaca dan hujan, Rumah harus mempunyai fungsi sebagai :
1. Mencegah terjadinya penyakit
2. Mencegah terjadinya kecelakaan
3. Aman dan nyaman bagi penghuninya
4. Penurunan ketegangan jiwa dan sosial


    10 patokan rumah ekologis merupakan prinsip dasar dalam perencanaan rumah sehat yang berkesinambungan serta pembangunan berkelanjutan di daerah tropis. Patokan tersebut didasarkan pada dua seminar dan lokakarya internasional tentang  arsitektur ekologis dan lingkungan di daerah tropis pada tahun 2000 dan 2005, serta 25 asas tentang Baubiologie (lihat: Schneider, Anton. Gesünder Wohnen durch biologisches Bauen. Neubeuren 1982).
    Dalam rangka menuju masa depan yang terpelihara dan alam lestari, maka planet bumi ini harus dirawat dengan lebih seksama, dan rumah yang dibangun seharusnya ekologis. Kebutuhan atas perkembangan berkelanjutan belum pernah se penting seperti sekarang. Pengaruh perabadan manusia cenderung merusak lingkungan sebagai dasar kehidupannya.
    Berdasarkan pertimbangan tersebut, tim dari lembaga pendidikan lingkungan, manusia, dan bangunan menyusun 10 patokan ini sebagai standar rumah ekologis yang sehat.
1. Menciptakan kawasan penghijauan di antara kawasan pembangunan sebagai paru-paru hijau
        Kualitas taman dan hutan kota yang luasnya minimal 20% dari wilayah kota, dengan jarak dari perumahan sebaiknya tidak melebihi 300 m, serta utilitas dan banyaknya taman merupakan tujuan pokok tata kota kontemporer. Alun-alun sebagai taman/ hutan kota merupakan ruang beraneka-ragam yang sangat mempengaruhi kualitas kehidupan dalam kota. Letak dan pengaturan penghijauan dalam tata-kota menentukan ciri-khas kota tersebut. Di wilayah kota lama sering terjadi kekurangan lahan hijau seperti jaringan penghubung (biotop interconnection) dengan penghijauan berbentuk bahu jalan yang ditanami dengan pohon peneduh dan semak belukar. Penghijauan di lingkungan kota akan meningkatkan kualitas kehidupan dalam kota dengan produksi oksigennya yang mendukung kehidupan sehat bagi manusia, mengurangi pencemaran udara, serta meningkatkan kualitas iklim mikro. Air hujan yang turun diserap oleh tanah, dan kemudian menguap kembali, dengan demikian, tanaman ikut mengelola air hujan dan melindungi lereng gunung terhadap tanah longsor.
  Hasil tumbuh-tumbuhan sebagai peningkat kualitas lingkungan kota ;
~    Hasil 1 pohon berumur± 100 tahun Tumbuh tumbuhan seluas 1 hektar Produksi oksigen 1.7 kg/jam 600 kg/hari.
~    Penerimaan karbon dioksida 2.35 kg/jam 900 kg/hari Pengikat zat arang 6 ton –
~    Penyaringan debu - sampai 85%
~    Penguapan air 500 liter/hari –
~    Penurunan suhu - sampai 4 °C
    sumber: Böhme, Gerhard et al. Grün hilft sparen. Bonn 1985. halaman 5

2. Memilih tapak bangunan yang bebas gangguan geo-biologis
    Pengembangan dalam ilmu pengetahuan alam dan ilmu nuklir menghasilkan pengertian baru, bahwa, selain yang bersifat nyata, ada juga yang bersifat mental (imaterial). Planck, Heisenberg, Lovelock, dan peneliti yang lain membuktikan bahwa setiap materi juga mengandung semacam kesadaran. Manusia merupakan penengah di antara akal dan materi, karena ia menjadi satu-satunya makhluk yang memiliki badan material dan kerohanian. Dengan demikian manusia juga selalu mampu berkomunikasi dengan benda-benda yang tidak dapat ditangkap dengan pancainderanya. Bumi kita terkelilingi oleh pengaruh gaya yang terbentuk dan teratur secara geometris. Gaya misterius tersebut menjelma menjadi ruang hidup berkisi-kisi yang dapat kita rasakan. Jaringan garis-garis yang berkisi-kisi ini sangat teratur secara tata jenjang yang berarti garis-garis tersebut berbeda dalam mutu, radiasi, kelompok, dan garis tengahnya sebagai berikut:
A.    Jaringan Hartmann (ditemukan oleh dr. Ernst Hartman pada tahun 1951) berorientasi utara-selatan dan timur-barat dengan garis pengaruh selebar 15-25 cm dengan mata jalah (lubang/jarak antar garis) 2.0-3.0 m.Jaringan Curry (ditemukan oleh dr. Manfred Curry pada tahun 1955) berorientasi miring terhadap jaringan Hartmann dengan garis pengaruh selebar 50 cm dengan mata jalanya 3.5-7.0 m. Ukuran jaringan masing-masing bisa berbeda tergantung pada pengaruh lingkungan, dislokasi geologis, atau menurut letaknya pada bumi (garis lintang) dan sebagainya secara dinamis. Jaringan Hartmann Jaringan Curry yang saling melingkupi.
B.     Aliran air di bawah tanah membangkitkan medan elektromagnetis karena muatan listrik yang berbeda pada molekul air dan molekul tanah.
C.    Patahan dan dislokasi geologis adalah dislokasi dalam kerak bumi ke arah horizontal maupun vertikal yang mengakibatkan perubahan radiasi teristis. Biasanya patahan atau dislokasi geologis memiliki radioaktivitas (radiasi _) lebih tinggi. Jika dalam dislokasi geologis tersebut terjadi aliran air maka timbul juga medan elektromagnetis. Radiasi teknik sering juga dinamakan technics atau radiasi buatan, radiasi ini juga mengakibatkan gangguan kesehatan tertentu, walaupun sebenarnya tidak masuk ilmu geomansi. Radiasi teknik terdapat pada instalasi listrik, penyinaran gelombang radio, tv, dan radar yang akan dibedakan antara medan listrik dan medan magnetis.
D.    Medan listrik buatan terdapat dimana ada kabel listrik yang disambung dengan pembangkit listrik, tetapi tidak disambung dengan pemakai (lampu dsb.). Medan listrik dapat dibuktikan sampai dengan jarak 18.0 m dari kabel tersebut, walaupun tidak ada listrik yang mengalir, medan listrik masih ada.
E.    Medan magnetis buatan terjadi sesudah pemakai tersebut disambung (misalnya, lampu menyala). Sekarang listrik mengalir dalam kabel satu dari pembangkit ke arah pemakai dan dalam kabel kedua kembali dari pemakai ke pembangkit. Medan magnetis pada kabel listrik biasa dapat dibuktikan hanya pada jarak sekitar 1.0 m, akan tetapi setiap kumparan dalam peralatan listrik mengakibatkan medan magnetis yang kuat. Listrik yang mengalir mengakibatkan medan magnetis.
F.    Medan magnetis buatan statis akan timbul dalam hubungan dengan bahan sintetik seperti kain, pelapis lantai vinil, mebel (spring bed) atau korden yang menghasilkan tegangan. Kemudian oleh muatan listrik yang dipisahkan dalam bahan sintetik tersebut maka berakibat ada sentakan listrik pada saat memegang bahan logam seperti pegangan pintu dan sebagainya. Oleh karena akibat konsentrasi ion dalam udara rendah, maka akan berakibat mempengaruhi kesehatan manusia secara negatif.
    Guna menghindari pengaruh negatif oleh radiasi technik tersebut di atas, maka didalam rumah sehat sebaiknya diperhatikan hal-hal berikut:
    sejauh mungkin menggunakan lampu pijar daripada tabung fluoresensi
    semua instalasi listrik dilengkapi tiga kawat (pembawa arus, netral, pembumian)
    menghindari penggunaan spring bed karena per baja dapat menyalurkan medan elektromagnetis kepada orang yang tidur di atasnya
    mencabut steker semua alat listrik pada stopkontak, menghindari keadaan standby
    memilih monitor LCD sebagai layar computer/tv
    menghalangi anak dan remaja menggunakan telefon genggam (hand phone), juga  orang dewasa sebaiknya menggunakannya sesedikit mungkin.
    Denah kamar tidur dengan persimpangan aliran air di bawah tanah dan patahan geologis, dan persimpangan jaringan Hartmann (tanpa perhatian pada jaringan Curry) yang mempengaruhi kesehatan orang yang sedang tidur.

3. Menggunakan bahan bangunan alamiah
    Perkembangan pembangunan dewasa ini ditandai dengan peningkatan macam-macam bahan bangunan dan munculnya bahan bangunan baru. Keadaan tersebut memungkinkan berbagai ragam alternatif pemilihan bahan bangunan guna mengkonstruksikan gedung. Maraknya penemuan bahan bangunan baru juga ditandai dengan kesadaran terhadap ekologi lingkungan dan fisika bangunan. Membangun berarti suatu usaha untuk menghemat energi dan sumber daya alam. Teknologi bangunan yang baru menuntut para ahli supaya mereka terbuka terhadap perkembangan tersebut, karena tidak jarang teknologi baru menyimpang dari cara pertukangan tradisional. Kajian ilmu bahan bangunan yang cukup sederhana dan formal selama ini kiranya perlu diubah sesuai dengan pandangan pembangunan yang menyeluruh. rantai bahan bangunan Ilmu bahan bangunan biasanya menggolongkan bahan bangunan sebagai berikut:
    Golongan Bahan bangunan Contoh bahan
    Bahan bangunan alam
~    anorganik: batu alam, tanah liat, tras dsb. batu kali, kerikil, pasir, kapur, tras
~    organik: kayu, bambu, dedaunan, serat, rumput dsb. bermacam-maacam kayu, bambu, rumbia, jiuk, alang-alang
    Bahan bangunan buatan
~    bahan yang dibakar batu merah, genting
~    bahan yang dilebur kaca
~    bahan yang dikempa/diperes conblock, batako
~    bahan kimia dan petrokimia plastik, bitumen, kertas, cat
    Bahan bangunan logam
~    logam mulia emas, perak
~    logam setengah mulia air raksa, nikel, kobalt
~    logam besi besi, baja
~    logam non-besi aluminium, kuningan, perunggu
    Bahan bangunan alam yang tradisional seperti batu alam, kayu, bambu, tanah liat, dan sebagainya tidak mengandung zat kimia yang mengganggu kesehatan.
    Lain halnya dengan bahan bangunan modern seperti tegel keramik, pipa plastik, cat-cat yang beraneka macam warnanya, perekat, dan sebagainya.


4. Menggunakan ventilasi alam untuk menyejukkan udara dalam bangunan

    Bangunan sebaiknya dibuat secara terbuka dengan jarak yang cukup di antara bangunan tersebut agar gerak udara terjamin. Orientasi bangunan ditempatkan di antara lintasan matahari dan angin. Sebagai kompromi letak gedung berarah antara timur ke barat, dan yang terletak tegak lurus terhadap arah angin. Gedung sebaiknya berbentuk persegi panjang sehingga menguntungkan bagi penerapan ventilasi silang. Letak gedung terhadap sinar matahari yang. Letak gedung terhadap arah angin yang paling menguntungkan bila memilih arah dari menguntungkan bila memilihi arah tegak lurus timur ke barat terhadap arah angin itu. Ruang di sekitar bangunan sebaiknya dilengkapi pohon peneduh tanpa mengganggu gerak udara.
    Pembentukan gedung memanfaatkan segala sesuatu yang dapat menurunkan suhu dan perlindungan terhadap sinar panas matahari sehingga ruang di dalamnya menjadi nyaman. Gedung sebaiknya dilengkapi dengan atap sengkuap yang luas dan tingginya tidak melebihi 3 lantai agar tidak merugikan gedung tetangga. Pada organisasi denah perlu diperhatikan, bahwa ruang-ruang tidak selalu dapat diatur secara optimal, sehingga harus diperhatikan juga orientasi jendela terhadap matahari (kamar tidur tidak menghadap be barat). Ruang yang mengakibatkan tambahan panas (dapur) sebaiknya dipisahkan sedikit dari rumah. Ruang yang menambah kelembapan (kamar mandi, ruang cuci) harus direncanakan dengan penyegaran udara yang baik dan pertukaran udara yang tinggi sehingga tidak akan tumbuh cendawan kelabu.
    Atap sebaiknya berbentuk pelana sederhana (tanpa jurai luar dan dalam) sehingga mudah dibuat rapat air hujan dengan atap sengkuap yang luas. Atap yang paling bagus menahan panas adalah atap dengan ruang atap yang penghawaannya berfungsi baik, atau atap bertanaman yang dapat meresapkan air hujan maupun mengatur iklim ruang dalam. Atap pelana dengan langit-langit Atap pelana dengan langit-langit. Atap pelana bertanaman tanpa ruang datar dan ruang atap berventilasi miring dan celah kasau berventilasi ang atap dan celah berventilasi

5. Memilih lapisan permukaan dinding dan langit-langit ruang yang mampu mengalirkan uap air
    Hampir setiap bahan bangunan dapat menyalurkan dan menyimpan kelembapan dalam bentuk air maupun uap. Kemampuan ini tergantung terutama pada struktur pori-pori (jenis, bentuk, dan ukuran pori tersebut). Selanjutnya harus dibedakan antara bahan bangunan yang mengisap air (higroskopis) dan yang menolak air.
Bahan bangunan yang berpori dapat mengisap air dengan berbagai cara:
•    Penggolongan bermacam-macam ruang pori. Air dalam bermacam keadaan dalam ruang pori. Makin kecil pori-pori bahan bangunan makin besar daya mengisap air, dan makin besar pori-pori makin mudah dapat diisi dengan air. Hal ini berarti bahwa air bias masuk ke dalam bahan bangunan melalui gravitasi (misalnya oleh atap yang bocor), oleh tekanan angin (misalnya pada tepi dinding atau atap yang terekena angin kencang), oleh kapilaritas (pada retak plesteran dinding atau kelembapan tanah yang melalui trasraam yang tidak kedap air).
•    Bahan bangunan yang higroskopis (misalnya batu merah) kadang-kadang dapat mengikat banyak air. Satu m2 dinding batu merah yang diplester kedua sisinya mengikat rata-rata 66 liter air.
        Jumlah air yang digunakan untuk membangun sebuah rumah biasa (seluas 36 m2) ialah sekitar 28'000 liter yang harus menguap sebelum rumah tersebut dapat dianggap kering dan sehat untuk dihuni. Waktu penguapan air tersebut tergantung pada cara membangun, iklim, ventilasi, dan kelembapan udara setempat. Sebagai angka perkiraan dasar dapat dianggap akan dibutuhkan waktu selama 4 bulan. Kelebihan kelembapan apapun dalam iklim tropis lembap, akan menumbuhkan cendawan kelabu (aspergillus) yang mempengaruhi kesehatan penghuni karena mengakibatkan alergi bronkitis dan asma.

6. Menghindari kelembapan tanah yang naik ke dalam konstruksi bangunan dan memajukan sistem bangunan kering
Kelembapan tanah yang naik ke dalam konstruksi bangunan merupakan permasalahan besar di Indonesia dengan iklim tropis lembapnya, karena lapisan yang kedap air tidak ada. Sebaiknya lapisan kedap air diletakkan di antara sloof dan kaki dinding (trasraam) sebagai berikut:
a)    Trasraam lapisan aspal (atau kertas aspal) dapat digunakan di atas sloof beton bertulang (sloof harus kering, berumur minimum 14 hari) atau dibawah sloof konstruksi kayu (di atas lapisan mortar yang datar dan yang menutupi fondasi batu kali). Lapisan aspal setebal ± 2 mm, dapat dibuat dengan cara mengecat 2-3 kali dengan aspal panas (yang cair).
b)    Karet trasraam (lembaran dari karet atau PE) dipotong sesuai dengan lebar sloof dan dipasang diatas sloof tersebut. Setiap sambungan karet trasraam harus tumpang tindih minimum 10 cm. Pada angker dan sambungan tulangan kolom praktis, karet trasraam harus dilubangi sesuai dengan garis tengah besi angkur sehingga lapisan tetap kedap air. Lapisan kedap air (trasraam) sebagai Lapisan kedap air (trasraam) pada kaki dinding tumpuan balok lantai batu bata
c)    Trasraam seng papak. Seng yang dipilih adalah seng yang tahan karat, misalnya seng galvanisir dengan tebal (minimum BWG 24) sehingga juga mempunyai keuntungan mencegah rayap.
Kelembapan tanah yang naik juga mengakibatkan masalah pada lapisan dinding. Lapisan dengan cat dapat menimbulkan kesulitan yang mirip dengan plesteran dinding yang kedap air. Jika trasraam tidak kedap maka kelembapan naik sampai kuda-kuda atap. Cat sintetik bersifat agak kedap air dan memungkinkan saluran air sebanyak 2-9 g/m2h saja, sedangkan cat perekat atau cat kapur mengizinkan 15-17 g/m2h tembus. Kelembapan tanah menembus Turap yang kedap air. Kelem- Cat dinding yang kedap air. Kelemtrasraam yang tidak kedap air bapan tanah naik sampai kon- bapan dalam dinding mengakibat struksi atap kan cat mengelupas.

7. Mempertimbangkan kesinambungan pada struktur dan masa pakai bagian gedung yang menerima beban dan yang membagi saja
    Hubungan antara masa pakai bahan bangunan dan struktur bangunan akan mempengaruhi pilihan struktur dan penggunaan bahan bangunan. Bahan bangunan apapun yang dipilih sebagai bagian struktur (sebaiknya tahan minimal 60 tahun), bagian sekunder, atau bagian perlengkapan/utilitas yang tahan hanya sekitar 5-20 tahun selalu harus dipertimbangkan masa pakainya (life span). Desain struktur yang berkesinambungan (lihat: Steiger, Peter. Bauen mit dem Sonnen-Zeit-Mass. Karlsruhe 1988. hlm. 17+35) selalu mempertimbangkan masa pakai dan masalah perawatan.
    Daya tahan masing-masing bagian bangunan. Kebutuhan pemeliharaan dan perbaikan selama 60 tahun (daya tahan bagian struktur gedung) Alokasi biaya pembangunan, pemeliharaan, dan perbaikan selama 60 tahun Penggantian bagian bangunan yang aus membutuhkan bahan baku dan energi yang sebenarnya dapat dihemat baik secara ekonomis maupun ekologis. Penggantian tersebut selalu harus dapat dilakukan tanpa merugikan bagian bangunan yang lain. Pada setiap penggunaan bahan bangunan harus dipertimbangkan ciri khas berikut:
    kemampuan tahan lama bagian bangunan tersebut;
    kapan bagian bangunan harus diganti karena rusak atau perkembangan teknologi; atau
    kemampuan tahan lama non fisik (tidak laku lagi, membosankan).

8. Mempertimbangkan bentuk/proporsi ruang berdasarkan aturan harmonis
    Pengertian proporsi adalah masalah yang selalu dipersoalkan dalam perencanaan arsitektur sebagai prinsip keselarasan dan estetika. Proporsi dan keselarasan (harmoni) bersama-sama dapat menentukan bentuk arsitektur. Oleh karena itu, semua buku arsitektur kuno mengandung ilmu proporsi. Pengertian proporsi dapat dianggap dalam bentuk proporsi bidang maupun bentuk proporsi ruang seperti sudah ditentukan oleh Pythagoras dan penganutnya. Musik mulai menjelma sebagai tegangan di antara yang dapat didengar dan yang tidak dapat didengar. Pythagoras membayangkan bahwa pola nada mirip dengan bentuk ruang (proporsi). Berdasarkan kenyataan tersebut, dimensi yang dapat diukur dan yang dapat dilihat dapat diperbandingkan dengan nada (lihat: van der Maas, Jan. Das Monochord. Bern 1985, hlm. 6-8).

9.    Menjamin bahwa bangunan yang direncanakan tidak mencemari lingkungan maupun membutuhkan energi yang berlebihan
        Seperti telah diuraikan, bahan bangunan selalu membutuhkan sumber alam dan energi tidak terbarukan. Oleh karena itu bahan bangunan harus dipilih dengan saksama dan kebutuhan energi tersebut, kerusakan yang eksploitasinya berakibat pada alam, pembuangan yang mencemari tanah, serta rantai bahan secara holistis harus dipertimbangkan. Masalah padatnya penduduk dan ketidakpedulian terhadap lingkungan alam mengakibatkan kemerosotan dan kerusakan lingkungan alam kita yang makin parah. Berhubungan dengan butir-butir di atas yang sudah diuraikan, maka para perencana harus bertanggungjawab terhadap kerusakan alam baik oleh kegiatan pembangunan maupun oleh penggunaan energi yang tidak dapat diperbarui. Kebebasan untuk memilih dan tugas untuk merawat dunia ini dengan penuh rasa tanggungjawab dan secara berkesinambungan adalah dasar etika lingkungan. Selama agama-agama belum mampu atau enggan memikul tanggungjawab etika lingkungan, maka etika lingkungan merupakan tuntutan umum. Etika lingkungan dapat dituangkan dalam satu kalimat saja

10. Menjamin bahwa pembangunan berkelanjutan dapat diterapkan secara luas sehingga tidak mengakibatkan efek samping yang merugikan
Pembangunan berkelanjutan tercapai dengan perhatian pada sembilan patokan rumah ekologis sebagai rumah sehat tersebut di atas. Dengan perhatian khusus pada etika lingkungan masalah efek samping yang merugikan tetangga atau manusia yang lain dapat dihindarkan. Pertanggungjawaban setiap manusia terhadap lingkungan serta pengaruh pembangunan berkelanjutan dapat diukur dengan jejak ekologis (ecological footprint). Jejak ekologis tersebut mengukur kebutuhan bahan baku alam yang digunakan oleh setiap bangsa dan setiap orang (lihat: http://www.panda.org/ downloads/general/lpr2004.pdf). Jejak ekologis menghitung luasnya tanah subur, air tawar, lautan, dan banyaknya energi yang tidak terbarukan dan yang dibutuhkan manusia untuk memenuhi kebutuhan atas pangan, sandang, papan, serta mobilitas. Jejak ekologis dari semua penduduk bumi pada saat ini mencapai 2.2 hektar, sedangkan luasnya lahan subur di dunia mencapai 1.8 hektar per orang. Hal ini berarti bahwa cara kehidupan masa kini telah melebihi kemampuan bumi dan mengancam keberlanjutan kehidupan pada planet ini. Mempertimbangkan etika lingkungan dan jejak ekologis menggambarkan tanggung jawab kita sebagai arsitek dan perencana. Membangun secara ekologis dan sehat akan menarik perhatian orang yang mengaguminya dan mulai meniru pada semua lapisan masyarakat.

BAB  III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Rumah sehat adalah kondisi fisik , kimia, biologi, didalam rumah dan perumahan sehingga memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Untuk menciptakan rumah sehat, maka diperlukan perhatian terhadap beberapa aspek yang sangat berpengaruh , antara lain :
a)    Sirkulasi udara yang baik.
b)    Penerangan yang cukup.
c)    Air bersih terpenuhi.
d)    Pembuangan air limbah diatur dengan baik agar  tidak menimbulkan pencemaran.
e)    Bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding tidak lengkap serta tidak terpengaruh pencemaran seperti bau , remesan air kotor, maupun udara kotor.



B.    SARAN
Kami  selaku tim penyusun makalah  ini menyadari sepenuhnya, bahwa  makalah “Perumahan Sehat  ”  ini masih jauh dari kesempurnaan yang diharapkan. Oleh sebab itu, diperlukan kritik dan saran yang membangun dari si pembaca, dalam penyempurnaan makalah  kami ini.



DAFTAR PUSTAKA

    Entjah, Indan : Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung. Citra Aditya Bakti. 1991.
    Lubis,  Pandapotan :  Perumahan Sehat. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI . Jakarta. 1989.
     (lihat: http://www.panda.org/ downloads/general/lpr2004.pdf)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar